GAMBAR: Petugas menyemprot cairan disinfektan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di RSUD Dumai, Riau. (Utusan Riau)
Jakarta (Utusan Rakyat) – Kemunculan subvarian Omicron B.2.86 atau yang disebut juga sebagai varian Pirola kini menggegerkan dunia. Pasalnya seiring penularannya yang sangat cepat, varian ini disebut-sebut bisa membuat kasus COVID-19 naik lagi.
Namun hingga saat ini masih dilakukan pengujian untuk memastikan apakah varian pirola dapat menimbulkan ancaman gelombang COVID-19 baru. Statens Serum Institute juga menegaskan, hingga saat ini tidak ada bukti bahwa varian ini dapat menyebabkan gejala yang lebih berat daripada varian lainnya.
Ahli virologi di Universitas Warwick, Professor Lawrence Young menjelaskan penelitian terbaru menunjukkan varian pirola kemungkinan lebih mampu menghindari respon imun, namun varian ini nampaknya kurang menular jika dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Berikut fakta seputar varian Pirola:
1. Punya Mutasi paling Banyak Dibandingkan Varian Corona Lainnya
Varian pirola merupakan varian virus corona jenis Omicron yang sangat bermutasi, yang muncul pada 2021 dan sempat menyebabkan lonjakan kasus serta kematian akibat COVID-19.
Varian Pirola membawa lebih dari 35 mutasi. Jumlah mutasi tersebut diperkirakan setara dengan varian Omicron yang menyebabkan rekor kasus infeksi dibandingkan dengan varian-varian Corona sebelumnya.
“Ketika Omicron menyerang pada musim dingin tahun 2021, terjadi peningkatan besar dalam kasus COVID-19 karena sangat berbeda dari varian Delta, dan ia menghindari kekebalan baik dari infeksi alami maupun vaksinasi,” kata spesialis penyakit menular dr Scott Roberts dalam buletin Yale Medicine dikutip dari New York Post, Minggu 3 September 2023.
“Jumlah mutasi yang begitu tinggi sungguh luar biasa. Saat kami beralih dari XBB.1.5 ke EG.5, mungkin ada satu atau dua mutasi. Namun pergeseran besar-besaran ini, yang juga kita lihat dari Delta ke Omicron, sangat mengkhawatirkan,” imbuhnya.
2. Gejala yang Ditimbulkan
Seorang pendiri klinik pengujian COVID-19 di London, Gabriela Brewer, mengungkapkan ada empat tanda penting yang harus diwaspadai sebagai gejala Pirola:
Demam tinggi
Batuk
Dingin
Hilangnya indera penciuman atau indera rasa
“Setelah Anda mengidentifikasi tanda-tanda ini dan ingin memastikannya, Anda harus melakukan tes antigen atau PCR,” ungkap Brewer dikutip dari Express.co.uk.
Apoteker klinis dan juga salah satu pendiri Core Prescribing Solutions Adeem Azhar, menjelaskan beberapa gejala khas COVID-19 dengan infeksi varian Pirola mirip dengan strain aslinya. Di antaranya berupa batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersin, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan indra penciuman berubah.
3. Bisa Kabur dari Vaksin COVID-19?
Berkaitan dengan bermunculannya varian baru COVID-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa vaksin COVID terbaru akan tersedia pada pertengahan September. Awalnya vaksin COVID terbaru tersebut ditujukan untuk subvarian Omicron XBB.1.5. Namun, kini varian yang bermunculan di tengah masyarakat justru berbeda.
Direktur program magister kesehatan masyarakat Northeastern Neil Maniar mengatakan bahwa vaksin yang diperbarui tersebut memang diformulasikan untuk melawan varian Omicron. Sedangkan untuk varian Pirola, pemeriksaan efektivitas vaksin masih dalam proses.
“Varian ini sepertinya berbeda. Ada lebih banyak mutasi pada varian ini yang berarti varian ini akan memiliki kemampuan lebih besar untuk menghindari kekebalan yang diberikan oleh vaksin maupun infeksi alami,” ucap Maniar dikutip dari Northeastern Global News, Minggu (3/9).
“Kita harus mengawasi varian Pirola ini,” sambungnya.
(detikcom via Northeastern Global News)