GAMBAR: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. (Foto BPMI Setpres/Muchlis Jr)
Jakarta (Utusan Rakyat) – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan soal minimnya tindakan transplantasi sumsum tulang belakang untuk menangani kasus kanker darah termasuk leukemia hingga limfoma. ‘Gold standard’ penanganan kanker darah tersebut nampaknya belum bisa dilakukan di banyak rumah sakit (RS) tanah air.
Track record tindakan transplantasi sumsum tulang belakang di RI, bila dibandingkan dengan banyak negara tetangga seperti Malaysia, hingga Singapura, bahkan Thailand, jauh tertinggal.
“Transplantasi sumsum tulang belakang itu sekarang cuma dilakukan di RSUP Kariadi, kenapa? Iya karena nggak masuk BPJS. Jadi RS lain nggak lakukan, akibatnya apa? Akibatnya orang kita tuh ke Malaysia lah, ke Singapura, yang bikin malu kan ke Thailand,” kata Menkes dalam forum diskusi daring, Kemenkes RI, Minggu 3 September 2023.
“Jadi aku coba tuh lihatin berapa sih yang melakukan sumsum tulang belakang transplant? Indonesia setahun cuma 5, itu sama Vietnam saja kalah, sama Bangladesh saja kalah, saya kan sebagai Menkes, malunya minta ampun,” lanjut dia.
Menkes menyebut, banyak dari mereka yang melakukan transplantasi tersebut sebenarnya bukan termasuk kelompok tidak mampu. Buktinya, masyarakat rela melakukan pengobatan dengan dana pribadi yang bisa mencapai miliaran rupiah.
Karenanya, alih-alih terhalang finansial, Menkes menilai banyak warga Indonesia bepergian ke luar negeri di tengah ‘krisis’ kepercayaan terhadap pengobatan dalam negeri.
“Aku tanya itu transplant di sana bayar BPJS? Orang nggak mampu? Ternyata nggak tuh, orang mampu. Jadi aku juga bingung, it’s not about BPJS tarif, orang di Indonesia nggak percaya aja kita bisa lakukan,” ceritanya.
“Jadi aku paksa RS Dharmais bikin dong, itu kan RS pusat kanker, bikin dong transplant, terus dibilang ‘Iya Pak lagi kerja sama sama Malaysia, tapi uang BPJS-nya nggak masuk’. Kamu gimana sih manja-manja begini, itu orang ke luar banyak yang pergi ke Malaysia bayar nggak pakai BPJS, bayar 1 M, miliaran, masa nggak bisa bikin 750 juta ditagih gitu bikin di sini,” sesal Menkes.
“Ternyata karena mereka nggak punya track record, jadi orang kan ga percaya, takut juga mati. Jadi kita nggak berani coba, maunya coba dibayarin BPJS, nah ini mental-mental cemen banget sih,” beber Menkes.
Menkes berharap lebih banyak RS yang berani melakukan investasi untuk tindakan semacam transplantasi sumsum tulang belakang agar warga tidak perlu jauh-jauh terbang ke luar negeri melakukan pengobatan.
Pemerintah saat ini disebutnya memutuskan membuka tanggungan BPJS untuk 10 orang penerima transplantasi sumsum tulang belakang, memperbanyak penanganan tersebut untuk meningkatkan kepercayaan warga berdasarkan track record RS.
“Kita akhirnya putusin yasudah deh 10 orang boleh BPJS, atau 20 orang BPJS, Direktur Keuangan bayarin, tapi dengan dilakukan sudah terlatih kan ada track record,
“Jadi kalau ada orang kaya dia terbang ke Thailand, atau Malaysia, di RS Dharmais ada nih 10 orang selamat semua, kan nggak enak sebetulnya penyakit cancer terbang-terbang ke luar negeri siapa yang pengen?” (detikcom/ADD-01)