Gambar: Ilustrasi program rumah subsidi pemerintah Indonesia dengan pekerja konstruksi membangun rumah bersubsidi.
Banten (Utusan Rakyat) – Program rumah bersubsidi yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mulai menunjukkan manfaat yang signifikan bagi masyarakat Indonesia, terutama dalam membuka lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian lokal.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menyatakan rasa haru dan kepuasannya melihat dampak langsung program perumahan subsidi yang telah dirasakan masyarakat di berbagai daerah. Dalam kunjungan kerjanya ke sejumlah lokasi rumah subsidi di Kota Serang, Banten, pada Sabtu lalu, Sirait menyaksikan bagaimana program ini tidak hanya membantu kepemilikan rumah, tetapi juga menggerakkan perekonomian rakyat.
Realisasi Target Ambisius yang Menggembirakan
Capaian program rumah subsidi tahun 2025 menunjukkan tren positif yang menggembirakan. Hingga 16 Juli 2025, pemerintah telah merealisasikan 129.773 unit rumah subsidi dari target 350.000 unit, atau sekitar 37% dari total kuota. Angka ini mengalami peningkatan signifikan sebesar 50,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menteri Sirait menegaskan optimismenya terhadap pencapaian target tersebut. “Saya tetap optimis bahwa target KPR FLPP tahun 2025 sebanyak 350.000 unit rumah bisa tercapai pada tahun ini,” ungkap Sirait. Target ambisius ini merupakan peningkatan drastis dari kuota sebelumnya yang hanya berkisar 220.000 unit per tahun.
Efek Berganda untuk Perekonomian Nasional
Program rumah subsidi ini memberikan dampak ekonomi yang luas melalui multiplier effect yang signifikan. Sirait menjelaskan bahwa setiap pembangunan 100 unit rumah mampu membuka lapangan pekerjaan yang cukup banyak dan dapat diselesaikan dalam waktu tiga bulan. Dampak berganda ini mencakup terbukanya peluang usaha bagi masyarakat sekitar seperti warung, serta bergeraknya industri terkait mulai dari semen, pasir, kaca, hingga toko bangunan dan transportasi.
Ketua Satuan Tugas Perumahan Hashim Djojohadikusumo menjelaskan bahwa sektor perumahan dapat menyumbang hingga 1,5% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebanyak 185 sektor usaha lain akan ikut bergeliat tumbuh ketika pemerintah fokus menggenjot sektor perumahan, seperti furnitur, semen, keramik, cat, dan jasa konstruksi.
Kemudahan Akses yang Revolusioner
Program ini menawarkan kemudahan akses yang belum pernah ada sebelumnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Melalui skema Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP), masyarakat dapat memiliki rumah dengan angsuran yang sangat terjangkau.
Berdasarkan pengalaman pegawai Kementerian Dalam Negeri yang telah mendapatkan rumah subsidi, angsuran bulanan hanya sebesar Rp 1,7 juta, jauh lebih murah dibandingkan biaya sewa rumah yang berkisar Rp 2-3 juta per bulan. Dengan uang muka hanya 1% dari total harga rumah dan bunga tetap 5% selama masa tenor maksimal 20 tahun, program ini memberikan solusi perumahan yang sangat terjangkau.
Dukungan Kebijakan Pro-Rakyat
Pemerintah Prabowo juga memberikan dukungan melalui berbagai kebijakan pro-rakyat, termasuk penghapusan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari 5% menjadi 0%, retribusi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) menjadi gratis, dan PPN ditanggung pemerintah hingga Juni 2025. Kebijakan ini semakin mempermudah akses masyarakat terhadap kepemilikan rumah subsidi.
Kolaborasi Lintas Sektor
Keberhasilan program ini didukung oleh kolaborasi yang kuat antara berbagai lembaga. BP Tapera bekerja sama dengan 38 bank penyalur dan melibatkan 6.896 pengembang yang membangun rumah subsidi di 10.321 lokasi tersebar di 33 provinsi dan 388 kabupaten/kota. Total nilai penyaluran hingga Juli 2025 mencapai Rp 17 triliun.
Bank Indonesia juga memberikan dukungan melalui penyediaan insentif likuiditas sebesar Rp 80 triliun kepada perbankan dan pembelian Surat Berharga Negara senilai Rp 155 triliun, dengan Rp 45 triliun di antaranya disalurkan untuk pendanaan perumahan rakyat.
Inovasi Program KUR Perumahan
Sebagai terobosan baru, pemerintah juga memperkenalkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan yang merupakan pertama kali di Indonesia. Program ini dirancang untuk mendukung pengembang dan kontraktor, serta mendongkrak sektor pariwisata melalui pembangunan homestay.
Penurunan Backlog Perumahan
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan tren positif penurunan backlog perumahan di Indonesia. Pada tahun 2021, backlog rumah tangga berdasarkan kepemilikan mencapai 12,71 juta unit, turun menjadi 9,90 juta unit pada 2023. Sementara backlog berdasarkan kepenghunian juga mengalami penurunan dari 6,98 juta menjadi 6,69 juta rumah tangga dalam periode yang sama.
Program rumah subsidi pemerintahan Prabowo-Gibran ini membuktikan komitmen nyata pemerintah dalam menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi masyarakat. Dengan target historis 350.000 unit pada 2025 dan rencana peningkatan menjadi 500.000 unit pada tahun depan, program ini diharapkan terus memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
(@PT)
Discussion about this post