Gambar: Ilustrasi seorang gadis muda sedang menggunakan aplikasi AI untuk menganalisis kondisi kulit wajahnya di klinik kecantikan modern dengan teknologi canggih di latar belakang.
Industri kecantikan Indonesia memasuki era transformatif di tahun 2025, ditandai dengan pertumbuhan yang mengesankan dan inovasi teknologi yang mengubah cara konsumen berinteraksi dengan produk kecantikan. Dengan nilai pasar kosmetik nasional yang diproyeksikan mencapai USD 9,7 miliar dan tingkat pertumbuhan 4,33 persen per tahun hingga 2030, industri ini menunjukkan vitalitas yang luar biasa.
Teknologi AI Merevolusi Perawatan Kecantikan
Salah satu tren paling menonjol tahun 2025 adalah implementasi Artificial Intelligence (AI) dalam industri kecantikan. Dr. Arini Astasari Widodo, dermatolog dan lulusan Harvard Medical School, memperkenalkan konsep “Aesthetic Intelligence” yang menggabungkan AI dengan sentuhan artistik dokter. Teknologi ini memungkinkan analisis kulit yang presisi hingga dapat mengidentifikasi 14 masalah kulit, termasuk keriput, pori-pori, dan tingkat hidrasi.
Penerapan AI dalam kecantikan tidak terbatas pada analisis kulit, tetapi juga merambah ke personalisasi produk. Brand lokal seperti BASE telah memimpin tren ini dengan teknologi Skin Test yang memanfaatkan algoritma untuk meracik produk skincare sesuai kondisi kulit, kebutuhan individual, dan gaya hidup pengguna. Sistem ini memformulasikan bahan-bahan aktif secara khusus, menghilangkan proses trial and error yang selama ini membelenggu konsumen.
Tren Skintellectual: Konsumen yang Semakin Cerdas
Fenomena “skintellectual” menjadi ciri khas konsumen kecantikan 2025, dimana masyarakat semakin antusias mempelajari kandungan skincare dan cara kerjanya. Melisa Caroline, Senior Brand Manager Vaseline, mengamati pergeseran perilaku konsumen dari yang dahulu hanya berantusiasme terhadap kecantikan menjadi lebih “profesor” dalam memahami ingredients. Tren ini mendorong transparansi brand dan mendorong inovasi produk yang berbasis sains.
Konsumen tidak lagi hanya mencari kulit sehat, tetapi juga menginginkan kulit yang cerah dan glowing melalui pemahaman mendalam tentang kandungan aktif. Hal ini sejalan dengan tren global yang menunjukkan 67% konsumen lebih memilih produk makeup dengan manfaat skincare tambahan.
Minimalis dan Berkelanjutan: Paradigma Baru Kecantikan
Konsep “skinimalism” atau minimalisasi skincare semakin populer, dengan konsumen beralih dari rutinitas 10 langkah Korea menjadi rutinitas yang lebih sederhana namun efektif. Tren less is more ini menekankan penggunaan produk multifungsi dengan hasil optimal, seperti pelembap dengan SPF atau serum all-in-one.
Keberlanjutan menjadi faktor kunci dalam keputusan pembelian, dengan “sustainable beauty” bukan lagi sekadar tren tetapi kebutuhan. Solid cosmetic diproyeksikan tumbuh dari USD 2,6 miliar pada 2024 menjadi USD 5 miliar pada 2033, dengan tingkat pertumbuhan tahunan 7,6 persen. Produk padat ini populer di kalangan Gen Z karena keberlanjutan dan kepraktisannya.
Bahan Alami dan Kosmetik Halal Mendominasi Pasar
Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia menjadi epicenter industri kosmetik halal global. Pasar kosmetik halal Indonesia bernilai USD 4,19 miliar pada 2022 dan diprediksi tumbuh 8 persen. Tren ini didukung regulasi pemerintah yang mewajibkan sertifikasi halal untuk semua produk kosmetik sejak 17 Oktober 2021.
Bahan alami lokal seperti kunyit, lidah buaya, bengkoang, dan minyak kelapa tetap menjadi pilihan utama dengan proyeksi pertumbuhan 6,84 persen per tahun hingga 2029. Brand lokal memanfaatkan kekayaan biodiversitas Indonesia dengan lebih dari 30.000 jenis tanaman berkhasiat.
Inovasi Makeup: Dari Natural hingga Futuristik
Tren makeup 2025 menampilkan dualitas menarik antara kecantikan natural dan eksperimentasi bold. “Glass skin look” yang menekankan kulit bercahaya alami tetap menjadi favorit, sementara riasan mata yang berani dengan eyeliner grafis dan eyeshadow berwarna mulai kembali populer.
Teknologi hybrid yang memadukan makeup dan skincare semakin berkembang, dengan foundation mengandung hyaluronic acid dan vitamin C untuk memberikan manfaat perawatan sekaligus. Produk multifungsi seperti blush on yang bisa digunakan sebagai eyeshadow menjadi tren efisiensi.
Pertumbuhan Brand Lokal dan Ekspansi Global
Jumlah pelaku industri kosmetik Indonesia melonjak dari 726 pada 2020 menjadi 1.292 pada 2024, dengan 83 persen merupakan perusahaan mikro dan kecil. Brand lokal seperti Somethinc, Scarlett, Avoskin, dan Wardah telah membuktikan kemampuannya bersaing dengan produk internasional.
Nilai ekspor industri kosmetik Indonesia diperkirakan mencapai USD 1,94 miliar pada 2024, menunjukkan daya saing produk lokal di pasar global. Pemerintah aktif memfasilitasi akses pasar internasional melalui berbagai pameran global seperti Turkey Halal Expo dan Indonesia Halal Expo.
Tantangan dan Peluang Masa Depan
Meskipun pertumbuhannya pesat, industri kecantikan Indonesia menghadapi tantangan dalam hal regulasi teknologi AI. Pemerintah tengah merancang regulasi yang seimbang antara mendorong inovasi dan menjamin keamanan konsumen.
Peluang besar terbuka dalam segmen neurobeauty yang memadukan perawatan kulit dengan ilmu saraf untuk meningkatkan kesejahteraan emosional. Kandungan seperti GABA untuk relaksasi otot dan CBD untuk mengurangi stres menjadi inovasi menarik dalam formulasi produk.
Industri kecantikan Indonesia 2025 menunjukkan pergeseran fundamental dari pendekatan kuantitas menuju kualitas, dari produk generik menuju personalisasi, dan dari kecantikan konvensional menuju smart beauty. Dengan dukungan teknologi AI, kesadaran konsumen yang meningkat, dan komitmen terhadap keberlanjutan, industri ini siap menjadi kekuatan global yang diperhitungkan.
Artikel ini disusun melalui kajian pustaka terhadap dokumen resmi dan/atau laporan media bereputasi, serta verifikasi silang antarsumber tertulis.
(@pt)
Discussion about this post